Marah-Marah Ngebahas Minimalisme

Mohammad Inop
2 min readSep 3, 2022

--

Bro, menerapkan gaya hidup minimalis itu bukan berarti harus punya kamar dengan desain dan tata ruang estetik, wallpaper gambar batu bata, peralatan serba kayu, atau suasana monokrom. Ini mah cuma mainan orang marketing yang jualan barang/perintilan beginian.

Minimalisme itu cuma perihal mindset: ini ada value-nya buat kita atau enggak. Kalau ada, terapin. Kalau enggak ada, ya tinggalin.

Photo by Yoann Siloine on Unsplash

Saya sebenarnya juga bukan orang yang minimalis-minimalis amat. Toh, takaran setiap orang pasti beda-beda. Persepsi value tiap orang juga pasti enggak sama.

Dulu, tahun 2018, saya sempet bengong di kamar lalu mikir, “Ini kamar ukuran 3x4 kenapa berasa sempit banget, sih?

Setelah saya cek, ternyata setengah dari isi kamar saya adalah barang-barang yang enggak kepakai: fotokopian/print-an materi kuliah, atribut ospek, tali kopling motor, hadiah dari orang, sampah kuaci, baut ukuran 14, plastik belanja di supermarket, baju-baju yang lebih cocok dijadiin keset, dll.

Lalu saya coba beres-beres. Hal tersulit pertama yang harus saya lakukan adalah menghapus keterikatan emosional terhadap barang yang punya kenangan. Awalnya sulit. Tapi setelah nekat saya buang, malah berasa plong, lebih lega, dan beban berkurang.

Konsepnya: semakin banyak barang, maka energi yang kita perlukan juga akan makin banyak, entah itu energi untuk menggunakan barang tersebut ataupun untuk maintain (perbaikan dan perawatan).

Beresin kamar selesai. Setelahnya saya coba terapkan konsep “ada value atau enggak” ini ke hal lainnya. Keuangan: enggak beli barang yang sebenarnya enggak butuh-butuh amat, manfaatin promo/diskon, enggak masalah beli yang mahalan dikit asal lebih awet dan tahan lama, belajar dan nyoba investasi.

Pertemanan: ngasih batas/jarak buat orang-orang yang toxic dan cuma bisa nyusahin. Terdengar egois memang, tapi ya memang harus. Istilah kata ini yak, duri dalam daging. Ente kadang-kadang ente.

Medsos: nge-block/mute orang atau akun yang postingannya toxic dan sampah. Masih egois? Memang. Tapi ini demi kesehatan mental dan hidup saya agar lebih meaningfull. Lalu saya hanya akan follow akun-akun yang bermanfaat. Kalaupun enggak bermanfaat, minimal akunnya menyenangkan.

Perihal hobi: saya enggak pernah beli buku fisik lagi. Karena apa? Ya tentu saja karena makan tempat. Biasanya buku kan cuma sekali dibaca, habis itu digeletakin sampai dajjal muncul di bumi.

Jadi, minimalisme bukan perihal keren-kerenan harus punya rumah/kamar dengan desain minimalis, gaya pakaian minimalis, jadi superhero dengan kekuatan minimalis, punya titit minimalis, dll. Balik lagi, semua cuma perihal mindset: ada value-nya atau enggak.

--

--

Mohammad Inop
Mohammad Inop

Written by Mohammad Inop

Manusia primitif yang seharusnya dilahirkan pada zaman Pithecanthropus Erectus. Memiliki nama lengkap Mohammad Nofrizan. Tapi biasanya dipanggil Inop.

No responses yet